Man ana???

Foto saya
Teluk Kuantan, Riau, Indonesia
Saya adalah "Anak Talang" yang selalu rindu perubahan progresif.....

Senin, 24 Januari 2011

Hidup Itu Indah

Dalam menghadapi kehidupan ini, kita sering merasa hidup
begitu menekan dan sulit. Berbagai pekerjaan membuat kita
melewati hari demi hari dalam stres yang tak berkeputusan.
Berbagai masalah membuat kita tak mampu lagi melihat hal-hal
yang indah dan menarik dalam hidup. Bahkan kadangkala ada
juga orang yang begitu putus asa sehingga mencoba mengakhiri
hidupnya sendiri. Kalaupun tidak seekstrim itu, banyak orang
menjadi seperti robot. Melewati hari demi hari dalam rutinitas.
Tanpa gairah, tanpa semangat, tanpa harapan.

Dengan memiliki harapan manusia mempunyai alasan untuk tetap
melanjutkan hidupnya. Harapan membuat manusia tidak pernah
berhenti berjuang. Harapan membuat manusia merancangkan
langkah-langkah yang tepat bagi kelangsungan hidupnya. Ini
membuktikan bahwa hidup manusia itu berharga karena didalamnya
terkandung nilai-nilai yang diperjuangkan untuk membuat manusia
tetap hidup.

Hidup sangat berharga. Bahwa kita yang hidup tahu bahwa kita
akan mati sementara orang mati tidak dapat berbuat apa-apa.
Ini menunjukkan bahwa hidup menjadi berharga karena kita
melakukan sesuatu; berbuat sesuatu seperti untuk menikmati
segala hal dalam hidup ini dengan sukacita dan kita juga
senantiasa hidup dalam kebenaran dan keadilan, dengan tetap
menjaga hidup kerohanian kita.

Semua hal ini memberi penjelasan kepada kita, bahwa keindahan
hidup tidak diukur dari panjang pendeknya umur, tidak juga
diukur dari kaya miskinnya orang, tetapi dari bagaimana ia
mengisi hidupnya.

Hidup menjadi berarti jika kita mengisinya dengan kerja
dan usaha tentang hal hal yang baik. Yang paling penting
dari semua itu adalah meskipun hidup ini siasia, tetapi
hidup ini adalah pemberian Tuhan. Maka selama kita hidup
nikmatilah hidup kita dengan kerja, sukacita dan harapan.
Hanya dengan demikian kita dapat menemukan keindahan hidup,
pendek atau panjang umur kita. Kita dapat menikmati keindahan
hidup, kaya atau miskin keadaan kita. Karena hidup adalah
Anugerah.

Dengan memiliki harapan manusia mempunyai alasan untuk tetap
melanjutkan hidupnya. Harapan membuat manusia tidak pernah
berhenti berjuang. Harapan membuat manusia merancangkan
langkah-langkah yang tepat bagi kelangsungan hidupnya.
Ini membuktikan bahwa hidup manusia itu berharga karena di dalamnya terkandung nilai-nilai yang diperjuangkan untuk
membuat manusia tetap hidup.

Minggu, 10 Oktober 2010

Kembang Api Mewarnai Pembukaan MTQ ke 29 Tingkat Provinsi Riau



Semoga tidak hanya meriah dari sisi ceremonial belaka, yang terpenting adalah mewariskan dan mempertahankan nilai-nilai qur'aniyah dalam kehidupan kita sehari-hari.

Rabu, 29 September 2010

Hal Kecil yang Berarti Besar, Sederhana yang Berarti Lebih

Saudara2ku....melalui tulisan ini saya mau berbagi...Manusia dengan segenap kehendaknya pasti menginginkan sesuatu yang Besar dan lebih dalam hidupnya...baik saya maupun anda.. akan tetapi terkadang kita bermasalah karena kita menganggap bahwa hal yang "besar" dan "lebih" itu hanya bisa diraih dengan usaha atau modal yang besar dan lebih... terkadang kita tak menyadari bahwa banyak hal2 kecil dan sederhana dalam hidup ini yang bisa mengantarkan kita untuk sukses... Tulisan dibawah ini saya ambil dari salah satu Blog, semoga pemilik Blog tersebut mendapatkan pahala yang setimpal disisi Allah SWT..

Ada seseorang saat melamar kerja, memungut sampah kertas di lantai ke dalam tong sampah, dan hal itu terlihat oleh peng-interview, dan dia mendapatkan pekerjaan tersebut.

Ternyata untuk memperoleh penghargaan sangat mudah, cukup memelihara kebiasaan yang baik.

Ada seorang anak menjadi murid di toko sepeda. Suatu saat ada seseorang yang mengantarkan sepeda rusak untuk diperbaiki di toko tsb. Selain memperbaiki sepeda tsb, si anak ini juga membersihkan sepeda hingga bersih mengkilap. Murid-murid lain menertawakan perbuatannya. Keesokan hari setelah sang empunya sepeda mengambil sepedanya, si adik kecil ditarik/diambil kerja di tempatnya.

Ternyata untuk menjadi orang yang berhasil sangat mudah, cukup punya inisiatif sedikit saja

Seorang anak berkata kepada ibunya: “Ibu hari ini sangat cantik.
Ibu menjawab: “Mengapa?
Anak menjawab: “Karena hari ini ibu sama sekali tidak marah-marah.

Ternyata untuk memiliki kecantikan sangatlah mudah, hanya perlu tidak marah-marah.

Seorang petani menyuruh anaknya setiap hari bekerja giat di sawah.
Temannya berkata: “Tidak perlu menyuruh anakmu bekerja keras, Tanamanmu tetap akan tumbuh dengan subur.
Petani menjawab: “Aku bukan sedang memupuk tanamanku, tapi aku sedang membina anakku.

Ternyata membina seorang anak sangat mudah, cukup membiarkan dia rajin bekerja.

Seorang pelatih bola berkata kepada muridnya: “Jika sebuah bola jatuh ke dalam rerumputan, bagaimana cara mencarinya?

Ada yang menjawab: “Cari mulai dari bagian tengah.” Ada pula yang menjawab: “Cari di rerumputan yang cekung ke dalam.” Dan ada yang menjawab: “Cari di rumput yang paling tinggi. Pelatih memberikan jawaban yang paling tepat: “Setapak demi setapak cari dari ujung rumput sebelah sini hingga ke rumput sebelah sana .

Ternyata jalan menuju keberhasilan sangat gampang, cukup melakukan segala sesuatunya setahap demi setahap secara berurutan, jangan meloncat-loncat.

Katak yang tinggal di sawah berkata kepada katak yang tinggal di pinggir jalan: “Tempatmu terlalu berbahaya, tinggallah denganku.”
Katak di pinggir jalan menjawab: “Aku sudah terbiasa, malas untuk pindah.”
Beberapa hari kemudian katak “sawah” menjenguk katak “pinggir jalan” dan menemukan bahwa si katak sudah mati dilindas mobil yang lewat.

Ternyata sangat mudah menggenggam nasib kita sendiri, cukup hindari kemalasan saja.

Ada segerombolan orang yang berjalan di padang pasir, semua berjalan dengan berat, sangat menderita, hanya satu orang yang berjalan dengan gembira. Ada yang bertanya: “Mengapa engkau begitu santai?”
Dia menjawab sambil tertawa: “Karena barang bawaan saya sedikit.”

Ternyata sangat mudah untuk memperoleh kegembiraan, cukup tidak serakah dan memiliki secukupnya saja

Minggu, 26 September 2010

Tulang Rusuk Yang Hilang (sebuah renungan bagi yang sudah menikah)

Sebuah senja yang sempurna, sepotong donat, dan lagu cinta yanglembut.
Adakah yang lebih indah dari itu, bagi sepasang manusia yang memadu kasih?
Galih dan Ratna duduk di punggung senja itu, berpotong percakapan lewat, beratus tawa timpas, lalu Ratna pun memulai meminta kepastian. ya, tentang cinta.

Ratna : Siapa yang paling kamu cintai di dunia ini?
Galih : Kamu dong?
Ratna : Menurut kamu, aku ini siapa?
Galih : (Berpikir sejenak, lalu menatap Ratna dengan pasti) Kamu tulang rusukku! Ada tertulis, Tuhan melihat bahwa Adam kesepian. Saat Adam tidur, Tuhan mengambil rusuk dari Adam dan menciptakan Hawa.
Semua pria mencari tulang rusuknya yang hilang dan saat menemukan wanita untuknya, tidak lagi merasakan sakit di hati."

Setelah menikah, Ratna dan Galih mengalami masa yang indah dan manis untuk sesaat.
Setelah itu, pasangan muda ini mulai tenggelam dalam kesibukan masing-masing dan kepenatan hidup yang kain mendera.
Hidup mereka menjadi membosankan.

Kenyataan hidup yang kejam membuat mereka mulai menyisihkan impian dan cinta satu sama lain.
Mereka mulai bertengkar dan pertengkaran itu mulai menjadi semakin panas. Pada suatu hari, pada
akhir sebuah pertengkaran,
Ratna lari keluar rumah. Saat tiba di seberang jalan,
dia berteriak,
"Kamu nggak cinta lagi sama aku!"Galih sangat membenci ketidakdewasaan
Ratna dan secara spontan balik berteriak, "Aku menyesal kita menikah!
Kamu ternyata bukan tulang rusukku!"

Tiba-tiba Ratna menjadi terdiam , berdiri terpaku untuk beberapa saat.
Matanya basah. Ia menatap Galih, seakan tak percaya pada apa yang telah
dia dengar. Galih menyesal akan apa yang sudah dia ucapkan.
Tetapi seperti air yang telah tertumpah, ucapan itu tidak mungkin untuk diambil kembali.

Dengan berlinang air mata, Ratna kembali ke rumah dan mengambil barang-barangnya, bertekad untuk berpisah.
"Kalau aku bukan tulang rusukmu, biarkan aku pergi. Biarkan kita berpisah dan mencari pasangan sejati masing-masing."

Lima tahun berlalu. Galih tidak menikah lagi, tetapi berusaha mencari tahu akan kehidupan Ratna .

Ratna pernah ke luar negeri, menikah dengan orang asing, bercerai, dan kini kembali ke kota semula.
Dan Galih yang tahu semua informasi tentang Ratna , merasa kecewa, karena dia tak pernah diberi
kesempatan untukkembali, Ratna tak menunggunya.

Dan di tengah malam yang sunyi, saat Galih meminum kopinya, ia merasakan ada yang sakit di dadanya. Tapi dia tidak sanggup mengakui bahwa dia merindukan Ratna .

Suatu hari, mereka akhirnya kembali bertemu.
Di airport, di tempat ketika banyak terjadi pertemuan dan perpisahan,mereka dipisahkan hanya oleh sebuah dinding pembatas, mata mereka tak saling mau lepas.

Galih : Apa kabar?
Ratna : Baik... ngg.., apakah kamu sudah menemukan rusukmu yang hilang?
Galih : Belum.
Ratna : Aku terbang ke Manado dengan penerbangan berikut.
Galih : Aku akan kembali 2 minggu lagi.

Telepon aku kalau kamu sempat.
Kamu tahu nomor telepon kita, belum ada yang berubah.
Tidak akan ada yang berubah.
Ratna tersenyum manis, lalu berlalu."Selamat tinggal, ….. bye...."

Seminggu kemudian, Galih mendengar bahwa Ratna mengalami kecelakaan lalu lintas dan meninggal dunia.
Malam itu, sekali lagi, Galih mereguk kopinya dan kembali merasakan sakit di dadanya.
Akhirnya dia sadar bahwa sakit itu adalah karena Ratna ,
tulang rusuknya sendiri, yang telah dengan bodohnya dia patahkan.

Sahabatku,
Kisah di atas yang saya copas dari salah satu web, saya berdoa semoga penulis mendapat pahala yang setimpal disisiNYA.

Dalam Islam ada hadist shahih, dimana diriwayatkan Rasulullah SAW. Prnah bersabda, "Nasihatilah perempuan, karena mereka diciptakan dari tulang rusuk. Dan tulang rusuk paling bengkok adalah bagian paling atas. Jika kau luruskan dengan paksa, ia akan patah. Dan jika kau biarkan, ia akan tetap bengkok. Karenanya, nasihatilah perempuan." (Hadits ini diriwayatkan oleh Bukhari, Muslim, Tirmidzi, dan Ibnu Majah).

Banyak penafsiran tentang makna hadist di atas menurut para Ahli Hadist, salah satunya menurutProf Ali Mustafa Ya kub, dimana wanita itu diciptakan seperti sifatnya tulang rusuk lelaki. "Jadi sifatnya saja. Sifat dari tulang rusuk itu bengkok, gampang patah.

Sahabatku, hikmah yang lain dari kisah di atas adalahm bahwa kadang kala kita melampiaskan 99% kemarahan justru kepada orang yang paling kita cintai. Marah kepada istri/suami dan akibatnya sering kali fatal.

Seringkali penyesalan itu datang belakangan akibatnya setelah kita menyadari kesalahan kita, semua sudah terlambat.

Karena itu jangan anda mudah marah kecuali jika memang itu sangat perlu. Jagalah dan sayangilah orang yang Anda cintai dengan segenap hati anda¿,
Sebelum Anda mengucapkan sesuatu berpikirlah dulu,apakah kata-kata yang Anda ucapkan akan menyakiti orang yang Anda cintai?
Kalau iya sebaiknya jangan Anda ucapkan. Karena akan semakin besar resiko Anda kehilangan orang –orang yang Anda cintai. Jadi sebaiknya berpikirlah dahulu, apakah kata-kata yang akan Anda ucapkan sebanding dengan akibat yang akan Anda terima?¿

Sahabatku,
Lebih dari 1400 tahun lalu, Rasulullah sangat melarang kita marah-marah.

Dalam hadist diriwayatkan Rasulullah saw pernah bersabda, “Paling dekat dengan aku kedudukannya pada hari kiamat adalah orang yang paling baik akhlaknya dan sebaik-baik kamu ialah yang paling baik terhadap keluarganya. (HR. Ar-Ridha)

Dalam hadist lain, Rasulullah bersabda:”Seorang mukmin (orang beriman) bukanlah pengumpat, pengutuk, berkata keji atau berkata busuk”. (HR. Bukhari dan Al Hakim)

Dari hadits di atas jelaslah seorang yang pemarah bukanlah orang Islam dan juga bukan orang beriman karena orang-orang takut mendekat dan kena marah olehnya.

Ketika marah pun, Rasulullah saw mengajarkan kepada kita agar bisa menahan diri.

Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Orang kuat itu bukanlah orang yang menang bergulat, tetapi orang kuat ialah orang yang dapat menahan dirinya ketika marah.” Muttafaq Alaihi.

Dikisahkan bahwa ada seseorang berkata: Wahai Rasulullah, berilah aku nasehat. Beliau bersabda: “Jangan marah.” Lalu orang itu mengulangi beberapa kali, dan beliau bersabda: “Jangan marah.” (Riwayat Bukhari).

Minggu, 22 Agustus 2010

RAMADHAN SEBAGAI SEKOLAH KHUSUS

Sebelum menilik kepada pelajaran yang kita peroleh, mari kita lihat dahulu keistimewaan sekolahan “Ramadhan ini”. Kita akan tempat “sekolah Ramadhan” ini di Indonesia, dimana mayoritas penduduknya beragama Islam. Sekolah Ramadhan ini berbeda dan memiliki kekhususan dalam banyak hal.
PERTAMA :setiap orang Islam wajib masuk sekolah ini. Tapi sekolah Ramadhan ini tidak dipungut biaya.
KEDUA : semua orang tahu aturan sekolah. Semua orang, bahkan anak kecil pun, tahu
lonceng masuk sekolah berbunyi pada saat kita masuk ke waktu Subuh. Dan semua orang tahu bahwa waktu sekolah usai pada malam hari. Di dalam masa “sekolah” ini semua orang tahu peraturan “sekolahan”, seperti larangan makan, minum, dan hal-hal lain yang membatalkan puasa.Karena semua orang tahu, maka cobaan pun lebih mudah dihindari. Tidak ada orang yang menawari makan atau minum di siang hari. Bahkan waktu kerja pun seringkali dipersingkat. Kesempatan untuk beribadah diperbesar. Pokoknya, berbagai hal dipermudah.
Bayangkan jika anda harus menjalankan puasa di negeri orang yang orang Islamnya minoritas,sehingga mereka tidak tahu apa itu puasa. Tidak ada perilaku khusus. Kerja tetap panjang waktunya.Godaan makan dan minum lebih banyak.
Apalagi jika anda tinggal di negeri yang memiliki empat musim; winter (musim dingin), spring (musim semi), summer (musim panas), dan fall (musim gugur). Puasa bisa saja jatuh di musim panas (summer) yang siang harinya lebih panjang daripada malam hari. Puasa anda bisa dimulai dari pukul 2 pagi sampai pukul 9 malam. Mungkin kita hanya sempat berbuka dan langsung dilanjut dengan sahur.
Demikian nikmatnya sekolah Ramadhan di negara kita ini.
Ramadhan itu juga memiliki keistimewaan sebagaimana diutarakan dalam hadits ini
“Jika tiba Ramadhan, maka pintu-pintu surga dibuka dan pintu-pintu neraka ditutup
serta syetan-syetan dibelenggu.” (Diriwayatkan Al-Bukhary dan Muslim)
Jadi di sekolah Ramadhan itu gangguan dari syetan ditiadakan. Jadi kalau kita masih berkelakuan dan berpikiran jahat, maka itu bukan perbuatan syetan melainkan dari diri kita sendiri. Lagi-lagi ini sebuah kemudahan.
KETIGA : berbeda dengan sekolahan dimana kita dinilai atau diuji oleh seorang guru, maka di sekolahan Ramadhan ini kita menilai diri sendiri. Tidak ada ujian atau ulangan. Ujiannya adalah antara kita dan Allah swt. Ketika kita melakukan puasa, tidak ada orang lain yang tahu apakah kita benar-benar melakukannya dengan baik kecuali diri sendiri. Tidak ada orang yang tahu kalau kita makan sambil sembunyi-sembunyi kemudian pura-pura masih berpuasa. Tentu saja Allah tahu. Jadi yang menilai adalah diri kita sendiri dan Allah karena puasa ini milik Allah. Disebutkan dalam sebuah hadits:
“Setiap amal anak Adam bagi dirinya. Satu kebaikan diberi balasan dengan sepuluh
kebaikan yang serupa hingga tujuh ratus kali. Allah berfirman, 'Kecuali puasa. Puasa
itu bagi-Ku dan Aku membalasnya. Dia meninggalkan makanan karena Aku,
meninggalkan minuman karena Aku dan meninggalkan istrinya karena Aku'.”
(Diriwayatkan Al-Bukhary, Muslim, Malik, Abu Daud, At-Tirmidzy dan An-Nasa'y)
Puasa ini tidak untuk apa-apa atau siapa-siapa, kecuali hanya untuk Allah.

Rabu, 11 Agustus 2010

Menjadi PENGHUNI SURGA (Karena tidak Hasad)

Diriwayatkan dari Anas bin Malik dia berkata, "Ketika kami duduk-duduk bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tiba-tiba beliau bersabda, 'Sebentar lagi akan datang seorang laki-laki penghuni Surga.' Kemudian seorang laki-laki dari Anshar lewat di hadapan mereka sementara bekas air wudhu masih membasahi jenggotnya, sedangkan tangan kirinya menenteng sandal.

Esok harinya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda lagi, 'Akan lewat di hadapan kalian seorang laki-laki penghuni Surga.' Kemudian muncul lelaki kemarin dengan kondisi persis seperti hari sebelumnya.

Besok harinya lagi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, 'Akan lewat di hadapan kalian seorang lelaki penghuni Surga!!' Tidak berapa lama kemudian orang itu masuk sebagaimana kondisi sebelumnya; bekas air wudhu masih memenuhi jenggotnya, sedangkan tangan kirinya menenteng sandal .

Setelah itu Rasulullah bangkit dari tempat duduknya. Sementara Abdullah bin Amr bin Ash mengikuti lelaki tersebut, lalu ia berkata kepada lelaki tersebut, 'Aku sedang punya masalah dengan orang tuaku, aku berjanji tidak akan pulang ke rumah selama tiga hari. Jika engkau mengijinkan, maka aku akan menginap di rumahmu untuk memenuhi sumpahku itu.'

Dia menjawab, 'Silahkan!'

Anas berkata bahwa Amr bin Ash setelah menginap tiga hari tiga malam di rumah lelaki tersebut tidak pernah mendapatinya sedang qiyamullail, hanya saja tiap kali terjaga dari tidurnya ia membaca dzikir dan takbir hingga menjelang subuh. Kemudian mengambil air wudhu.

Abdullah juga mengatakan, 'Saya tidak mendengar ia berbicara kecuali yang baik.'

Setelah menginap tiga malam, saat hampir saja Abdullah menganggap remeh amalnya, ia berkata, 'Wahai hamba Allah, sesungguhnya aku tidak sedang bermasalah dengan orang tuaku, hanya saja aku mendengar Rasulullah selama tiga hari berturut-turut di dalam satu majelis beliau bersabda, 'Akan lewat di hadapan kalian seorang lelaki penghuni Surga.' Selesai beliau bersabda, ternyata yang muncul tiga kali berturut-turut adalah engkau.

Terang saja saya ingin menginap di rumahmu ini, untuk mengetahui amalan apa yang engkau lakukan, sehingga aku dapat mengikuti amalanmu. Sejujurnya aku tidak melihatmu mengerjakan amalan yang berpahala besar. Sebenarnya amalan apakah yang engkau kerjakan sehingga Rasulullah berkata demikian?'

Kemudian lelaki Anshar itu menjawab, 'Sebagaimana yang kamu lihat, aku tidak mengerjakan amalan apa-apa, hanya saja aku tidak pernah mempunyai rasa iri kepada sesama muslim atau hasad terhadap kenikmatan yang diberikan Allah kepadanya.'

Abdullah bin Amr berkata, 'Rupanya itulah yang menyebabkan kamu mencapai derajat itu, sebuah amalan yang kami tidak mampu melakukannya'."

Sumber : Az-Zuhdu, Ibnul Mubarak, hal. 220
Disadur dari : http://www.alsofwah.or.id/index.php?pilih=lihatkisah&id=214

Kamis, 05 Agustus 2010

Rahasia Rezeki

Pada saat kita dalam kandungan Ibu, maka 3 hal telah ditetapkan Allah swt; hidup- mati, rezeki dan jodoh. Ketiga hal ini merupakan rahasia Allah swt dan tersimpan dalam Lauhul Mahfuz. Kita coba telaah salah satu dari ketiga rahasia Allah swt tersebut, yakni rezeki.

Rezeki seseorang telah ditetapkan oleh Allah swt, baik rezeki yang halal maupun yang haram. Timbul pertanyaan: “Kenapa saya harus dihisab atas rezeki yang haram, sedangkan Allah telah menetapkannya untuk saya?”.

Jawabannya adalah, Allah swt memberikan kemampuan manusia untuk memilih rezeki halal atau haram, sedangkan orang-orang yang beriman tidak akan menjulurkan tangannya meraih rezeki yang haram. Jika ia dalam kesusahan, maka dia akan tetap bersabar dan selalu berusaha (ikhtiar) untuk meraih rezeki yang halal.

Wahai manusia, makanlah oleh kalian apa saja yang halal dan baik yang terdapat dibumi. (Qs. Al-Baqarah [2]: 168).

Jika hari ini kita ditakdirkan memperoleh rezeki 100 ribu rupiah, maka ada 3 kemungkinan yang akan terjadi:

Kita mencopet, maka kita akan memperoleh 100 ribu dan dosa
Kita bekerja secara halal, maka kita akan memperoleh 100 ribu dan pahala
Kita duduk saja dirumah dan tiba-tiba saudara kita datang memberikan 100 ribu, maka kita akan memperoleh 100 ribu serta tanpa pahala dan dosa.

Jumlah rezeki telah ditetapkan oleh Allah swt, tetapi proses mendapatkannya merupakan pilihan-pilihan yang diberikan kepada manusia dan penetapan pilihan ini yang akan dihisab oleh Allah swt. Jumlah rezeki tidak tergantung dari proses sebab-akibat yang dilakukan oleh manusia. Karena jika tergantung dari sebab-akibat, maka seorang tukang becak yang bekerja keras seharusnya lebih kaya dari seorang Manager yang banyak duduk, maka seorang ulama yang shaleh dan berdo’a dengan khusyu’ lebih kaya dari seorang Direktur yang mengabaikan perintah Allah swt. Tetapi bukannya kita tidak perlu bekerja keras dan berdo’a karena keduanya perintah Allah dan menjadi ibadah. Untuk itu kita seharusnya tidak perlu berputus asa dalam mengarungi kehidupan ini, karena rezeki itu akan sampai “kealamat” yang benar (pemiliknya).

Mereka semua (mukmin atau kafir) masing-masing Kami limpahi karunia, karena sesungguhnya pemberian Rab-mu tiada terhalang kepada siapapun. (Qs. Al-Israa’ [17]: 20).

Seringkali kita menganggap bahwa rezeki berupa kekayaan materi semata; uang, rumah, mobil, perhiasan, perusahaan, tanah, dan lain-lain. Padahal rezeki adalah semua yang dapat kita manfaatkan; udara (oksigen) yang kita hirup, kebutuhan air, cahaya matahari, hasil hutan, hasil bumi/tambang adalah rezeki juga. Bahkan kecerdasan otak, kefasihan bicara dan kekuatan/kesehatan tubuh-pun termasuk rezeki karena dengan modal itu kita dapat bekerja.

Harta yang kita peroleh tidak otomatis menjadi rezeki kita, karena rezeki adalah segala sesuatu yang dimanfaatkan oleh pemiliknya. Seorang yang kaya belum tentu semua hartanya merupakan rezekinya, jika ia termasuk orang yang sangat kikir sehingga ia tidak membeli rumah tetapi mengontraknya, ia tidak membeli mobil tetapi naik angkutan umum, pakaiannya jarang diganti yang baru, tidak berzakat/infaq. Sehingga hartanya semakin berlimpah dan pada saat ia meninggal harta itu menjadi milik ahli warisnya dan tidak bermanfaat sedikitpun bagi dirinya. Karena pada saat seorang manusia meninggal maka terputus amalannya kecuali 3 hal:

Ilmu yang bermanfaat (mengajarkan al-Quran/da’wah, mengaji, shalat, dan lain-lain)

Shadaqah yang dimanfaatkan orang lain (membangun mesjid, pengairan, dan lain-lain)
Do’a anak yang shaleh

Setiap manusia meninggal, maka terputuslah segala amal perbuatannya kecuali tiga perkara: sedekah jariah, ilmu yang bermanfaat dan anak shaleh yang senantiasa mendo’akannya (Al-Hadist).

Walhasil, rezeki kita akan menuju kepada 3 arah saja:

Segala sesuatu yang dimakan dan akan menjadi kotoran (makanan, minuman, obat, dan lain-lain)

Segala sesuatu yang digunakan dan akan menjadi sampah (pakaian, sepatu, kendaraan, dan lain-lain)

Segala sesuatu yang diinfaqkan dan akan menjadi tabungan akhirat

Selain ketiga hal diatas bukan rezeki kita, tetapi kita hanya diberi amanah untuk mencarinya, menjaganya dan menyerahkannya kepada pemilik yang sebenarnya (pemilik asli).

Allah swt selalu menguji keimanan seseorang dan ujian itu tidak hanya berupa kesulitan/musibah tetapi kesenangan merupakan ujian juga. Rezeki yang melimpah menjadi ujian bagi manusia, apakah dimanfaatkan dijalan yang halal, dibayarkan zakatnya, untuk membantu fakir miskin/saudara/tetangga, diinfaqkan untuk da’wah Islam atau untuk naik haji. Atau disimpan saja tanpa mempedulikan hal-hal diatas, sehingga rezeki ini membawa petaka bagi dirinya dan termasuk orang-orang yang merugi.

Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebajikan sebagai suatu ujian, dan kepada Kami kamu akan dikembalikan. (Qs. Al-Anbiyaa’ [21]: 35).

Seseorang yang kaya raya maka hisabnya di Yaumil akhir lebih lama, karena khusus masalah harta ini ada dua pertanyaan; bagaimana cara memperolehnya? dan untuk apa digunakan? Sehingga seorang konglomerat Abdurrahman bin Auf, termasuk 10 sahabat yang dijanjikan masuk syurga, saat diberitakan Nabi saw bahwa Abdurrahman bin Auf merangkak masuk syurga karena banyaknya harta yang ia punya dan lamanya hisab yang harus dijalaninya. Mendengar hal itu, kemudian Abdurrahman bin Auf menginfaq-kan seluruh hartanya berupa 40.000 dirham emas (1 dirham = 4,25 gram emas murni, sehingga sekitar 16 milyar rupiah!) ditambah perak, unta dan kuda untuk menegakkan agama Allah. Sanggupkah kita menjadi Abdurrahman bin Auf?, dimana semua hartanya menjadi rezekinya.

Untuk itu sekarang menjadi pilihan kita atas harta yang kita peroleh, memanfaatkannya dijalan Allah sehingga menjadi rezeki kita dan tabungan akhirat atau menjadi kotoran dan sampah. Orang-orang yang beruntung adalah orang-orang yang pintar memanfaatkan hartanya; membayar zakat, naik haji, infaq untuk fakir miskin/mesjid/da’wah dan untuk ibadah. Pilihan kita untuk menentukannya, menjadikannya rezeki kita dan bermanfaat atau hanya sia-sia saja.

Disadur dari hayatulislam.net –