Sebelum menilik kepada pelajaran yang kita peroleh, mari kita lihat dahulu keistimewaan sekolahan “Ramadhan ini”. Kita akan tempat “sekolah Ramadhan” ini di Indonesia, dimana mayoritas penduduknya beragama Islam. Sekolah Ramadhan ini berbeda dan memiliki kekhususan dalam banyak hal.
PERTAMA :setiap orang Islam wajib masuk sekolah ini. Tapi sekolah Ramadhan ini tidak dipungut biaya.
KEDUA : semua orang tahu aturan sekolah. Semua orang, bahkan anak kecil pun, tahu
lonceng masuk sekolah berbunyi pada saat kita masuk ke waktu Subuh. Dan semua orang tahu bahwa waktu sekolah usai pada malam hari. Di dalam masa “sekolah” ini semua orang tahu peraturan “sekolahan”, seperti larangan makan, minum, dan hal-hal lain yang membatalkan puasa.Karena semua orang tahu, maka cobaan pun lebih mudah dihindari. Tidak ada orang yang menawari makan atau minum di siang hari. Bahkan waktu kerja pun seringkali dipersingkat. Kesempatan untuk beribadah diperbesar. Pokoknya, berbagai hal dipermudah.
Bayangkan jika anda harus menjalankan puasa di negeri orang yang orang Islamnya minoritas,sehingga mereka tidak tahu apa itu puasa. Tidak ada perilaku khusus. Kerja tetap panjang waktunya.Godaan makan dan minum lebih banyak.
Apalagi jika anda tinggal di negeri yang memiliki empat musim; winter (musim dingin), spring (musim semi), summer (musim panas), dan fall (musim gugur). Puasa bisa saja jatuh di musim panas (summer) yang siang harinya lebih panjang daripada malam hari. Puasa anda bisa dimulai dari pukul 2 pagi sampai pukul 9 malam. Mungkin kita hanya sempat berbuka dan langsung dilanjut dengan sahur.
Demikian nikmatnya sekolah Ramadhan di negara kita ini.
Ramadhan itu juga memiliki keistimewaan sebagaimana diutarakan dalam hadits ini
“Jika tiba Ramadhan, maka pintu-pintu surga dibuka dan pintu-pintu neraka ditutup
serta syetan-syetan dibelenggu.” (Diriwayatkan Al-Bukhary dan Muslim)
Jadi di sekolah Ramadhan itu gangguan dari syetan ditiadakan. Jadi kalau kita masih berkelakuan dan berpikiran jahat, maka itu bukan perbuatan syetan melainkan dari diri kita sendiri. Lagi-lagi ini sebuah kemudahan.
KETIGA : berbeda dengan sekolahan dimana kita dinilai atau diuji oleh seorang guru, maka di sekolahan Ramadhan ini kita menilai diri sendiri. Tidak ada ujian atau ulangan. Ujiannya adalah antara kita dan Allah swt. Ketika kita melakukan puasa, tidak ada orang lain yang tahu apakah kita benar-benar melakukannya dengan baik kecuali diri sendiri. Tidak ada orang yang tahu kalau kita makan sambil sembunyi-sembunyi kemudian pura-pura masih berpuasa. Tentu saja Allah tahu. Jadi yang menilai adalah diri kita sendiri dan Allah karena puasa ini milik Allah. Disebutkan dalam sebuah hadits:
“Setiap amal anak Adam bagi dirinya. Satu kebaikan diberi balasan dengan sepuluh
kebaikan yang serupa hingga tujuh ratus kali. Allah berfirman, 'Kecuali puasa. Puasa
itu bagi-Ku dan Aku membalasnya. Dia meninggalkan makanan karena Aku,
meninggalkan minuman karena Aku dan meninggalkan istrinya karena Aku'.”
(Diriwayatkan Al-Bukhary, Muslim, Malik, Abu Daud, At-Tirmidzy dan An-Nasa'y)
Puasa ini tidak untuk apa-apa atau siapa-siapa, kecuali hanya untuk Allah.
Ya Allah.... hamba adalah insan yang tidak pantas masuk surgaMU namun hamba juga tidak sanggup masuk nerakaMu maka cukupkanlah hamba dengan RidhaMU
Man ana???
- Mulkismawati
- Teluk Kuantan, Riau, Indonesia
- Saya adalah "Anak Talang" yang selalu rindu perubahan progresif.....
Minggu, 22 Agustus 2010
Rabu, 11 Agustus 2010
Menjadi PENGHUNI SURGA (Karena tidak Hasad)
Diriwayatkan dari Anas bin Malik dia berkata, "Ketika kami duduk-duduk bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tiba-tiba beliau bersabda, 'Sebentar lagi akan datang seorang laki-laki penghuni Surga.' Kemudian seorang laki-laki dari Anshar lewat di hadapan mereka sementara bekas air wudhu masih membasahi jenggotnya, sedangkan tangan kirinya menenteng sandal.
Esok harinya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda lagi, 'Akan lewat di hadapan kalian seorang laki-laki penghuni Surga.' Kemudian muncul lelaki kemarin dengan kondisi persis seperti hari sebelumnya.
Besok harinya lagi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, 'Akan lewat di hadapan kalian seorang lelaki penghuni Surga!!' Tidak berapa lama kemudian orang itu masuk sebagaimana kondisi sebelumnya; bekas air wudhu masih memenuhi jenggotnya, sedangkan tangan kirinya menenteng sandal .
Setelah itu Rasulullah bangkit dari tempat duduknya. Sementara Abdullah bin Amr bin Ash mengikuti lelaki tersebut, lalu ia berkata kepada lelaki tersebut, 'Aku sedang punya masalah dengan orang tuaku, aku berjanji tidak akan pulang ke rumah selama tiga hari. Jika engkau mengijinkan, maka aku akan menginap di rumahmu untuk memenuhi sumpahku itu.'
Dia menjawab, 'Silahkan!'
Anas berkata bahwa Amr bin Ash setelah menginap tiga hari tiga malam di rumah lelaki tersebut tidak pernah mendapatinya sedang qiyamullail, hanya saja tiap kali terjaga dari tidurnya ia membaca dzikir dan takbir hingga menjelang subuh. Kemudian mengambil air wudhu.
Abdullah juga mengatakan, 'Saya tidak mendengar ia berbicara kecuali yang baik.'
Setelah menginap tiga malam, saat hampir saja Abdullah menganggap remeh amalnya, ia berkata, 'Wahai hamba Allah, sesungguhnya aku tidak sedang bermasalah dengan orang tuaku, hanya saja aku mendengar Rasulullah selama tiga hari berturut-turut di dalam satu majelis beliau bersabda, 'Akan lewat di hadapan kalian seorang lelaki penghuni Surga.' Selesai beliau bersabda, ternyata yang muncul tiga kali berturut-turut adalah engkau.
Terang saja saya ingin menginap di rumahmu ini, untuk mengetahui amalan apa yang engkau lakukan, sehingga aku dapat mengikuti amalanmu. Sejujurnya aku tidak melihatmu mengerjakan amalan yang berpahala besar. Sebenarnya amalan apakah yang engkau kerjakan sehingga Rasulullah berkata demikian?'
Kemudian lelaki Anshar itu menjawab, 'Sebagaimana yang kamu lihat, aku tidak mengerjakan amalan apa-apa, hanya saja aku tidak pernah mempunyai rasa iri kepada sesama muslim atau hasad terhadap kenikmatan yang diberikan Allah kepadanya.'
Abdullah bin Amr berkata, 'Rupanya itulah yang menyebabkan kamu mencapai derajat itu, sebuah amalan yang kami tidak mampu melakukannya'."
Sumber : Az-Zuhdu, Ibnul Mubarak, hal. 220
Disadur dari : http://www.alsofwah.or.id/index.php?pilih=lihatkisah&id=214
Esok harinya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda lagi, 'Akan lewat di hadapan kalian seorang laki-laki penghuni Surga.' Kemudian muncul lelaki kemarin dengan kondisi persis seperti hari sebelumnya.
Besok harinya lagi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, 'Akan lewat di hadapan kalian seorang lelaki penghuni Surga!!' Tidak berapa lama kemudian orang itu masuk sebagaimana kondisi sebelumnya; bekas air wudhu masih memenuhi jenggotnya, sedangkan tangan kirinya menenteng sandal .
Setelah itu Rasulullah bangkit dari tempat duduknya. Sementara Abdullah bin Amr bin Ash mengikuti lelaki tersebut, lalu ia berkata kepada lelaki tersebut, 'Aku sedang punya masalah dengan orang tuaku, aku berjanji tidak akan pulang ke rumah selama tiga hari. Jika engkau mengijinkan, maka aku akan menginap di rumahmu untuk memenuhi sumpahku itu.'
Dia menjawab, 'Silahkan!'
Anas berkata bahwa Amr bin Ash setelah menginap tiga hari tiga malam di rumah lelaki tersebut tidak pernah mendapatinya sedang qiyamullail, hanya saja tiap kali terjaga dari tidurnya ia membaca dzikir dan takbir hingga menjelang subuh. Kemudian mengambil air wudhu.
Abdullah juga mengatakan, 'Saya tidak mendengar ia berbicara kecuali yang baik.'
Setelah menginap tiga malam, saat hampir saja Abdullah menganggap remeh amalnya, ia berkata, 'Wahai hamba Allah, sesungguhnya aku tidak sedang bermasalah dengan orang tuaku, hanya saja aku mendengar Rasulullah selama tiga hari berturut-turut di dalam satu majelis beliau bersabda, 'Akan lewat di hadapan kalian seorang lelaki penghuni Surga.' Selesai beliau bersabda, ternyata yang muncul tiga kali berturut-turut adalah engkau.
Terang saja saya ingin menginap di rumahmu ini, untuk mengetahui amalan apa yang engkau lakukan, sehingga aku dapat mengikuti amalanmu. Sejujurnya aku tidak melihatmu mengerjakan amalan yang berpahala besar. Sebenarnya amalan apakah yang engkau kerjakan sehingga Rasulullah berkata demikian?'
Kemudian lelaki Anshar itu menjawab, 'Sebagaimana yang kamu lihat, aku tidak mengerjakan amalan apa-apa, hanya saja aku tidak pernah mempunyai rasa iri kepada sesama muslim atau hasad terhadap kenikmatan yang diberikan Allah kepadanya.'
Abdullah bin Amr berkata, 'Rupanya itulah yang menyebabkan kamu mencapai derajat itu, sebuah amalan yang kami tidak mampu melakukannya'."
Sumber : Az-Zuhdu, Ibnul Mubarak, hal. 220
Disadur dari : http://www.alsofwah.or.id/index.php?pilih=lihatkisah&id=214
Kamis, 05 Agustus 2010
Rahasia Rezeki
Pada saat kita dalam kandungan Ibu, maka 3 hal telah ditetapkan Allah swt; hidup- mati, rezeki dan jodoh. Ketiga hal ini merupakan rahasia Allah swt dan tersimpan dalam Lauhul Mahfuz. Kita coba telaah salah satu dari ketiga rahasia Allah swt tersebut, yakni rezeki.
Rezeki seseorang telah ditetapkan oleh Allah swt, baik rezeki yang halal maupun yang haram. Timbul pertanyaan: “Kenapa saya harus dihisab atas rezeki yang haram, sedangkan Allah telah menetapkannya untuk saya?”.
Jawabannya adalah, Allah swt memberikan kemampuan manusia untuk memilih rezeki halal atau haram, sedangkan orang-orang yang beriman tidak akan menjulurkan tangannya meraih rezeki yang haram. Jika ia dalam kesusahan, maka dia akan tetap bersabar dan selalu berusaha (ikhtiar) untuk meraih rezeki yang halal.
Wahai manusia, makanlah oleh kalian apa saja yang halal dan baik yang terdapat dibumi. (Qs. Al-Baqarah [2]: 168).
Jika hari ini kita ditakdirkan memperoleh rezeki 100 ribu rupiah, maka ada 3 kemungkinan yang akan terjadi:
Kita mencopet, maka kita akan memperoleh 100 ribu dan dosa
Kita bekerja secara halal, maka kita akan memperoleh 100 ribu dan pahala
Kita duduk saja dirumah dan tiba-tiba saudara kita datang memberikan 100 ribu, maka kita akan memperoleh 100 ribu serta tanpa pahala dan dosa.
Jumlah rezeki telah ditetapkan oleh Allah swt, tetapi proses mendapatkannya merupakan pilihan-pilihan yang diberikan kepada manusia dan penetapan pilihan ini yang akan dihisab oleh Allah swt. Jumlah rezeki tidak tergantung dari proses sebab-akibat yang dilakukan oleh manusia. Karena jika tergantung dari sebab-akibat, maka seorang tukang becak yang bekerja keras seharusnya lebih kaya dari seorang Manager yang banyak duduk, maka seorang ulama yang shaleh dan berdo’a dengan khusyu’ lebih kaya dari seorang Direktur yang mengabaikan perintah Allah swt. Tetapi bukannya kita tidak perlu bekerja keras dan berdo’a karena keduanya perintah Allah dan menjadi ibadah. Untuk itu kita seharusnya tidak perlu berputus asa dalam mengarungi kehidupan ini, karena rezeki itu akan sampai “kealamat” yang benar (pemiliknya).
Mereka semua (mukmin atau kafir) masing-masing Kami limpahi karunia, karena sesungguhnya pemberian Rab-mu tiada terhalang kepada siapapun. (Qs. Al-Israa’ [17]: 20).
Seringkali kita menganggap bahwa rezeki berupa kekayaan materi semata; uang, rumah, mobil, perhiasan, perusahaan, tanah, dan lain-lain. Padahal rezeki adalah semua yang dapat kita manfaatkan; udara (oksigen) yang kita hirup, kebutuhan air, cahaya matahari, hasil hutan, hasil bumi/tambang adalah rezeki juga. Bahkan kecerdasan otak, kefasihan bicara dan kekuatan/kesehatan tubuh-pun termasuk rezeki karena dengan modal itu kita dapat bekerja.
Harta yang kita peroleh tidak otomatis menjadi rezeki kita, karena rezeki adalah segala sesuatu yang dimanfaatkan oleh pemiliknya. Seorang yang kaya belum tentu semua hartanya merupakan rezekinya, jika ia termasuk orang yang sangat kikir sehingga ia tidak membeli rumah tetapi mengontraknya, ia tidak membeli mobil tetapi naik angkutan umum, pakaiannya jarang diganti yang baru, tidak berzakat/infaq. Sehingga hartanya semakin berlimpah dan pada saat ia meninggal harta itu menjadi milik ahli warisnya dan tidak bermanfaat sedikitpun bagi dirinya. Karena pada saat seorang manusia meninggal maka terputus amalannya kecuali 3 hal:
Ilmu yang bermanfaat (mengajarkan al-Quran/da’wah, mengaji, shalat, dan lain-lain)
Shadaqah yang dimanfaatkan orang lain (membangun mesjid, pengairan, dan lain-lain)
Do’a anak yang shaleh
Setiap manusia meninggal, maka terputuslah segala amal perbuatannya kecuali tiga perkara: sedekah jariah, ilmu yang bermanfaat dan anak shaleh yang senantiasa mendo’akannya (Al-Hadist).
Walhasil, rezeki kita akan menuju kepada 3 arah saja:
Segala sesuatu yang dimakan dan akan menjadi kotoran (makanan, minuman, obat, dan lain-lain)
Segala sesuatu yang digunakan dan akan menjadi sampah (pakaian, sepatu, kendaraan, dan lain-lain)
Segala sesuatu yang diinfaqkan dan akan menjadi tabungan akhirat
Selain ketiga hal diatas bukan rezeki kita, tetapi kita hanya diberi amanah untuk mencarinya, menjaganya dan menyerahkannya kepada pemilik yang sebenarnya (pemilik asli).
Allah swt selalu menguji keimanan seseorang dan ujian itu tidak hanya berupa kesulitan/musibah tetapi kesenangan merupakan ujian juga. Rezeki yang melimpah menjadi ujian bagi manusia, apakah dimanfaatkan dijalan yang halal, dibayarkan zakatnya, untuk membantu fakir miskin/saudara/tetangga, diinfaqkan untuk da’wah Islam atau untuk naik haji. Atau disimpan saja tanpa mempedulikan hal-hal diatas, sehingga rezeki ini membawa petaka bagi dirinya dan termasuk orang-orang yang merugi.
Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebajikan sebagai suatu ujian, dan kepada Kami kamu akan dikembalikan. (Qs. Al-Anbiyaa’ [21]: 35).
Seseorang yang kaya raya maka hisabnya di Yaumil akhir lebih lama, karena khusus masalah harta ini ada dua pertanyaan; bagaimana cara memperolehnya? dan untuk apa digunakan? Sehingga seorang konglomerat Abdurrahman bin Auf, termasuk 10 sahabat yang dijanjikan masuk syurga, saat diberitakan Nabi saw bahwa Abdurrahman bin Auf merangkak masuk syurga karena banyaknya harta yang ia punya dan lamanya hisab yang harus dijalaninya. Mendengar hal itu, kemudian Abdurrahman bin Auf menginfaq-kan seluruh hartanya berupa 40.000 dirham emas (1 dirham = 4,25 gram emas murni, sehingga sekitar 16 milyar rupiah!) ditambah perak, unta dan kuda untuk menegakkan agama Allah. Sanggupkah kita menjadi Abdurrahman bin Auf?, dimana semua hartanya menjadi rezekinya.
Untuk itu sekarang menjadi pilihan kita atas harta yang kita peroleh, memanfaatkannya dijalan Allah sehingga menjadi rezeki kita dan tabungan akhirat atau menjadi kotoran dan sampah. Orang-orang yang beruntung adalah orang-orang yang pintar memanfaatkan hartanya; membayar zakat, naik haji, infaq untuk fakir miskin/mesjid/da’wah dan untuk ibadah. Pilihan kita untuk menentukannya, menjadikannya rezeki kita dan bermanfaat atau hanya sia-sia saja.
Disadur dari hayatulislam.net –
Rezeki seseorang telah ditetapkan oleh Allah swt, baik rezeki yang halal maupun yang haram. Timbul pertanyaan: “Kenapa saya harus dihisab atas rezeki yang haram, sedangkan Allah telah menetapkannya untuk saya?”.
Jawabannya adalah, Allah swt memberikan kemampuan manusia untuk memilih rezeki halal atau haram, sedangkan orang-orang yang beriman tidak akan menjulurkan tangannya meraih rezeki yang haram. Jika ia dalam kesusahan, maka dia akan tetap bersabar dan selalu berusaha (ikhtiar) untuk meraih rezeki yang halal.
Wahai manusia, makanlah oleh kalian apa saja yang halal dan baik yang terdapat dibumi. (Qs. Al-Baqarah [2]: 168).
Jika hari ini kita ditakdirkan memperoleh rezeki 100 ribu rupiah, maka ada 3 kemungkinan yang akan terjadi:
Kita mencopet, maka kita akan memperoleh 100 ribu dan dosa
Kita bekerja secara halal, maka kita akan memperoleh 100 ribu dan pahala
Kita duduk saja dirumah dan tiba-tiba saudara kita datang memberikan 100 ribu, maka kita akan memperoleh 100 ribu serta tanpa pahala dan dosa.
Jumlah rezeki telah ditetapkan oleh Allah swt, tetapi proses mendapatkannya merupakan pilihan-pilihan yang diberikan kepada manusia dan penetapan pilihan ini yang akan dihisab oleh Allah swt. Jumlah rezeki tidak tergantung dari proses sebab-akibat yang dilakukan oleh manusia. Karena jika tergantung dari sebab-akibat, maka seorang tukang becak yang bekerja keras seharusnya lebih kaya dari seorang Manager yang banyak duduk, maka seorang ulama yang shaleh dan berdo’a dengan khusyu’ lebih kaya dari seorang Direktur yang mengabaikan perintah Allah swt. Tetapi bukannya kita tidak perlu bekerja keras dan berdo’a karena keduanya perintah Allah dan menjadi ibadah. Untuk itu kita seharusnya tidak perlu berputus asa dalam mengarungi kehidupan ini, karena rezeki itu akan sampai “kealamat” yang benar (pemiliknya).
Mereka semua (mukmin atau kafir) masing-masing Kami limpahi karunia, karena sesungguhnya pemberian Rab-mu tiada terhalang kepada siapapun. (Qs. Al-Israa’ [17]: 20).
Seringkali kita menganggap bahwa rezeki berupa kekayaan materi semata; uang, rumah, mobil, perhiasan, perusahaan, tanah, dan lain-lain. Padahal rezeki adalah semua yang dapat kita manfaatkan; udara (oksigen) yang kita hirup, kebutuhan air, cahaya matahari, hasil hutan, hasil bumi/tambang adalah rezeki juga. Bahkan kecerdasan otak, kefasihan bicara dan kekuatan/kesehatan tubuh-pun termasuk rezeki karena dengan modal itu kita dapat bekerja.
Harta yang kita peroleh tidak otomatis menjadi rezeki kita, karena rezeki adalah segala sesuatu yang dimanfaatkan oleh pemiliknya. Seorang yang kaya belum tentu semua hartanya merupakan rezekinya, jika ia termasuk orang yang sangat kikir sehingga ia tidak membeli rumah tetapi mengontraknya, ia tidak membeli mobil tetapi naik angkutan umum, pakaiannya jarang diganti yang baru, tidak berzakat/infaq. Sehingga hartanya semakin berlimpah dan pada saat ia meninggal harta itu menjadi milik ahli warisnya dan tidak bermanfaat sedikitpun bagi dirinya. Karena pada saat seorang manusia meninggal maka terputus amalannya kecuali 3 hal:
Ilmu yang bermanfaat (mengajarkan al-Quran/da’wah, mengaji, shalat, dan lain-lain)
Shadaqah yang dimanfaatkan orang lain (membangun mesjid, pengairan, dan lain-lain)
Do’a anak yang shaleh
Setiap manusia meninggal, maka terputuslah segala amal perbuatannya kecuali tiga perkara: sedekah jariah, ilmu yang bermanfaat dan anak shaleh yang senantiasa mendo’akannya (Al-Hadist).
Walhasil, rezeki kita akan menuju kepada 3 arah saja:
Segala sesuatu yang dimakan dan akan menjadi kotoran (makanan, minuman, obat, dan lain-lain)
Segala sesuatu yang digunakan dan akan menjadi sampah (pakaian, sepatu, kendaraan, dan lain-lain)
Segala sesuatu yang diinfaqkan dan akan menjadi tabungan akhirat
Selain ketiga hal diatas bukan rezeki kita, tetapi kita hanya diberi amanah untuk mencarinya, menjaganya dan menyerahkannya kepada pemilik yang sebenarnya (pemilik asli).
Allah swt selalu menguji keimanan seseorang dan ujian itu tidak hanya berupa kesulitan/musibah tetapi kesenangan merupakan ujian juga. Rezeki yang melimpah menjadi ujian bagi manusia, apakah dimanfaatkan dijalan yang halal, dibayarkan zakatnya, untuk membantu fakir miskin/saudara/tetangga, diinfaqkan untuk da’wah Islam atau untuk naik haji. Atau disimpan saja tanpa mempedulikan hal-hal diatas, sehingga rezeki ini membawa petaka bagi dirinya dan termasuk orang-orang yang merugi.
Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebajikan sebagai suatu ujian, dan kepada Kami kamu akan dikembalikan. (Qs. Al-Anbiyaa’ [21]: 35).
Seseorang yang kaya raya maka hisabnya di Yaumil akhir lebih lama, karena khusus masalah harta ini ada dua pertanyaan; bagaimana cara memperolehnya? dan untuk apa digunakan? Sehingga seorang konglomerat Abdurrahman bin Auf, termasuk 10 sahabat yang dijanjikan masuk syurga, saat diberitakan Nabi saw bahwa Abdurrahman bin Auf merangkak masuk syurga karena banyaknya harta yang ia punya dan lamanya hisab yang harus dijalaninya. Mendengar hal itu, kemudian Abdurrahman bin Auf menginfaq-kan seluruh hartanya berupa 40.000 dirham emas (1 dirham = 4,25 gram emas murni, sehingga sekitar 16 milyar rupiah!) ditambah perak, unta dan kuda untuk menegakkan agama Allah. Sanggupkah kita menjadi Abdurrahman bin Auf?, dimana semua hartanya menjadi rezekinya.
Untuk itu sekarang menjadi pilihan kita atas harta yang kita peroleh, memanfaatkannya dijalan Allah sehingga menjadi rezeki kita dan tabungan akhirat atau menjadi kotoran dan sampah. Orang-orang yang beruntung adalah orang-orang yang pintar memanfaatkan hartanya; membayar zakat, naik haji, infaq untuk fakir miskin/mesjid/da’wah dan untuk ibadah. Pilihan kita untuk menentukannya, menjadikannya rezeki kita dan bermanfaat atau hanya sia-sia saja.
Disadur dari hayatulislam.net –
Senin, 02 Agustus 2010
DAFTAR SISWA/I SMA N PINTAR YANG DITERIMA DI PERGURUAN TINGGI TA 2010/2011
No Nama Perguruan Tinggi Jurusan Jalur Masuk Beasiswa yang diterima
1. Sesti Julianti Universitas Gajah Mada Farmasi PBUPD Pemrov
2. Yofi Rio ND Universitas Gajah Mada Psikologi PBUPD Pemprov
3. Eko Syamsudin Universitas Islam Indonesia Teknik Informatika PMDK -
4. Refki Indra H Universitas Andalas Sistem Informasi PMDK -
5. Rini Aptriani Universitas Riau Pendidikan Dokter PBUD Chevron
6. Liza Anggraini Universitas Riau Pendidikan Fisika PBUD Bidikmisi
7. Vanni Restu Aji Universitas Riau Matematika PBUD Bidikmisi
8. Adika Saputra Universitas Riau Teknik Kimia PBUD -
9. Aira Minwa Y Universitas Riau Pendidikan Bhs Jepang PBUD -
10. Raja Silvi N Universitas Riau Manajemen PBUD -
11. Tri Anung A Universitas Riau Ilmu Pemerintahan PBUD -
12. Wiriyanto Azwir Universitas Riau Ilmu Pemerintahan PBUD -
13. Resi Nurhami P Universitas Riau Kepelatihan Olahraga PBUD -
14. Fitriani Universitas Riau Kepelatihan Olahraga PBUD -
15. Indra Gunawan Universitas Riau Penjaskes dan Rekreasi PBUD -
16. Afdhal Ilahi UIN SUSKA Pendidikan Agama Islam PBUD -
17. Afrianto UIN SUSKA Jinayah Siyasah PBUD -
18. Yardi Syidratil M UIN SUSKA Perbandingan Mazhab PBUD -
19. Feby Gusrianto Universitas Negeri Padang Kepelatihan Olahraga PMDK Bidikmisi
20. Ayu Marsyah W Universitas Riau Pendidikan Dokter Bina Lingkungan -
21. Nur Islah Agusti Universitas Riau Pendidikan Dokter Bina Lingkungan -
23. Andi Kurniawan Universitas Sumatera Utara FMIPA Matematika UMB Chevron
24. Indah Sintia Sari Universitas Riau Ilmu Keperawatan SNMPTN -
24. Sri Wahyu Afrida Universitas Riau Ilmu Keperawatan SNMPTN -
25. Fitria Indah Sari Universitas Riau Ilmu Keperawatan Jalur Khusus -
26. Dwi Marita F Universitas Riau FKIP Fisika SNMPTN -
27. Dahliarti Universitas Riau FMIPA Kimia SNMPTN -
28. Juwita Ningsih Universitas Riau FKIP Kimia SNMPTN -
29. Tati Haryati Universitas Riau FKIP Kimia SNMPTN -
30. Rizabella Winanda Universitas Riau Administrasi Niaga SNMPTN -
31. Rian Kurniawan UIN SUSKA Teknik Informatika SNMPTN -
32. Nesvi Nolita UIN SUSKA Pendidikan Bahasa Inggris SNMPTN -
Persentase yang diterima : 32 x 100 : 60 = 53,33 %
Rekapitulasi Berdasarkan Perguruan Tinggi
No Nama Perguruan Tinggi Jumlah Keterangan
1. Universitas Gajah Mada 2 Orang Jogjakarta
2. Universitas Islam Indonesia 1 Orang Jogjakarta
3. Univesitas Sumatera Utara 1 Orang Medan
4. Universitas Andalas 1 Orang Padang
5. Universitas Negeri Padang 1 Orang Padang
6. Universitas Riau 21 Orang Pekanbaru
7. UIN SUSKA 5 Orang Pekanbaru
Rekapitulasi Berdasarkan Jalur Masuk
No. Jalur Masuk Jumlah Keterangan
1. Undangan 19 Orang PBUPD, PBUD dan PMDK
2. Seleksi Nasional 10 Orang SNMPTN dan UMB
3. Khusus 3 Orang Bina Lingkungan dan Jalur Khusus
No Nama Perguruan Tinggi Jurusan Jalur Masuk Beasiswa yang diterima
1. Sesti Julianti Universitas Gajah Mada Farmasi PBUPD Pemrov
2. Yofi Rio ND Universitas Gajah Mada Psikologi PBUPD Pemprov
3. Eko Syamsudin Universitas Islam Indonesia Teknik Informatika PMDK -
4. Refki Indra H Universitas Andalas Sistem Informasi PMDK -
5. Rini Aptriani Universitas Riau Pendidikan Dokter PBUD Chevron
6. Liza Anggraini Universitas Riau Pendidikan Fisika PBUD Bidikmisi
7. Vanni Restu Aji Universitas Riau Matematika PBUD Bidikmisi
8. Adika Saputra Universitas Riau Teknik Kimia PBUD -
9. Aira Minwa Y Universitas Riau Pendidikan Bhs Jepang PBUD -
10. Raja Silvi N Universitas Riau Manajemen PBUD -
11. Tri Anung A Universitas Riau Ilmu Pemerintahan PBUD -
12. Wiriyanto Azwir Universitas Riau Ilmu Pemerintahan PBUD -
13. Resi Nurhami P Universitas Riau Kepelatihan Olahraga PBUD -
14. Fitriani Universitas Riau Kepelatihan Olahraga PBUD -
15. Indra Gunawan Universitas Riau Penjaskes dan Rekreasi PBUD -
16. Afdhal Ilahi UIN SUSKA Pendidikan Agama Islam PBUD -
17. Afrianto UIN SUSKA Jinayah Siyasah PBUD -
18. Yardi Syidratil M UIN SUSKA Perbandingan Mazhab PBUD -
19. Feby Gusrianto Universitas Negeri Padang Kepelatihan Olahraga PMDK Bidikmisi
20. Ayu Marsyah W Universitas Riau Pendidikan Dokter Bina Lingkungan -
21. Nur Islah Agusti Universitas Riau Pendidikan Dokter Bina Lingkungan -
23. Andi Kurniawan Universitas Sumatera Utara FMIPA Matematika UMB Chevron
24. Indah Sintia Sari Universitas Riau Ilmu Keperawatan SNMPTN -
24. Sri Wahyu Afrida Universitas Riau Ilmu Keperawatan SNMPTN -
25. Fitria Indah Sari Universitas Riau Ilmu Keperawatan Jalur Khusus -
26. Dwi Marita F Universitas Riau FKIP Fisika SNMPTN -
27. Dahliarti Universitas Riau FMIPA Kimia SNMPTN -
28. Juwita Ningsih Universitas Riau FKIP Kimia SNMPTN -
29. Tati Haryati Universitas Riau FKIP Kimia SNMPTN -
30. Rizabella Winanda Universitas Riau Administrasi Niaga SNMPTN -
31. Rian Kurniawan UIN SUSKA Teknik Informatika SNMPTN -
32. Nesvi Nolita UIN SUSKA Pendidikan Bahasa Inggris SNMPTN -
Persentase yang diterima : 32 x 100 : 60 = 53,33 %
Rekapitulasi Berdasarkan Perguruan Tinggi
No Nama Perguruan Tinggi Jumlah Keterangan
1. Universitas Gajah Mada 2 Orang Jogjakarta
2. Universitas Islam Indonesia 1 Orang Jogjakarta
3. Univesitas Sumatera Utara 1 Orang Medan
4. Universitas Andalas 1 Orang Padang
5. Universitas Negeri Padang 1 Orang Padang
6. Universitas Riau 21 Orang Pekanbaru
7. UIN SUSKA 5 Orang Pekanbaru
Rekapitulasi Berdasarkan Jalur Masuk
No. Jalur Masuk Jumlah Keterangan
1. Undangan 19 Orang PBUPD, PBUD dan PMDK
2. Seleksi Nasional 10 Orang SNMPTN dan UMB
3. Khusus 3 Orang Bina Lingkungan dan Jalur Khusus
Langganan:
Postingan (Atom)